Jumat, 04 November 2011

HALITOSIS


PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Kesehatan merupakan aset berharga dalam setiap kehidupan manusia. Apabila seseorang mengalami gangguan dalam kesehatannya maka kehidupan pribadinya pun akan ikut terganggu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu menjaga kesehatan. Begitu juga dengan kesehatan gigi dan mulut. Meskipun terlihat sepele, namun kesehatan gigi dan mulut memegang peranan penting terutama dalam kehidupan sosial manusia.
            Terganggunya kesehatan gigi dan mulut juga dapat menimbulkan gangguan pada organ tubuh lain. Komplikasi penyakit yang menjalar ke organ lain akibat gangguan kesehatan pada gigi dan mulut sering ditemukan. Untuk itu, kesehatan gigi dan mulut harus benar-benar diperhatikan. Lebih baik mencegah daripada mengobati, ungkapan tersebut tepat untuk diterapkan pada kebiasaan kita dalam menjaga kesehatan, termasuk kesehatan gigi dan mulut. Sebaiknya merawat kesehatan gigi dan mulut sejak dini. Jangan menunggu munculnya masalah baru mengunjungi dokter gigi. Kesehatan gigi dan mulut yang dirawat sejak dini akan lebih sehat dan bebas dari masalah-masalah dan gangguan kesehatan gigi dan mulut saat dewasa.
            Salah satu gangguan kesehatan mulut yang cukup mengganggu adalah bau mulut. Bau mulut dalam istilah kedokteran dikenal sebagai halitosis. Bau mulut dapat bersifat kronis maupun akut. Masalah bau mulut pasti akan sangat mengganggu apabila terjadi dalam kehidupan seseorang. Seseorang akan merasa tidak percaya diri sehingga bau mulut tersebut akan menimbulkan pengaruh negatif dalam bisnis, pergaulan, bahkan kehidupan perkawinan orang tersebut. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai definisi, gejala dan penyebab halitosis. Selain itu dijabarkan juga mengenai cara pengobatan dan anjuran gizi yang tepat bagi penderita bau mulut. Sehingga diharapkan dapat mengurangi permasalahan dalam mengatasi bau mulut ini.
Tujuan
            Tujuan dari penulisan makalah ini adalah ingin memberikan informasi kepada para pembaca mengenai definisi, penyebab, dan gejala penyakit bau mulut atau dalam istilah kedokteran disebut halitosis. Selain itu, dijelaskan juga mengenai cara pengobatan dan anjuran gizi yang tepat bagi penderita bau mulut.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Halitosis
            Halitosis merupakan suatu keadaan di mana terciumnya bau mulut yang tidak sedap pada saat seseorang mengeluarkan nafas (biasanya tercium pada saat berbicara) (Indriyani 2011). Bau mulut atau halitosis adalah salah satu penyakit mulut dan gigi yang sangat mengganggu. Bukan saja karena menimbulkan rasa tidak nyaman pada diri sendiri, tetapi juga menyebabkan sensasi tidak enak bagi orang lain. Tak heran apabila kasus bau mulut seringkali menyebabkan perasaan rendah diri dan merusak semangat untuk bersosialisasi. Selain itu bau mulut dapat mengakibatkan kita tidak percaya diri saat berbicara (Anonim 2009).
            Bau mulut dapat dibedakan menjadi bau mulut akut dan kronis. Bau nafas yang bersifat akut, disebabkan oleh kekeringan mulut, stress, berpuasa, makanan yang berbau khas, seperti petai, durian, bawang merah, bawang putih dan makanan lain yang biasanya mengandung senyawa sulfur. Bau mulut akut biasanya hanya bersifat sementara saja. Sedangkan bau mulut kronis bersifat menetap dan lama. Biasanya bau mulut kronis merupakan gejala penyakit tertentu yang mempengaruhi seluruh tubuh, seperti penyakit hati, kencing manis (diabetes) yang tidak terkontrol, atau penyakit pada paru-paru atau mulut (Indriani 2011).
            Selain dua jenis bau mulut di atas terdapat juga bau mulut yang bersifat psikogenik. Halitosis psikogenik merupakan suatu keyakinan bahwa nafas seseorang bau, padahal sebenarnya tidak. Masalah ini bisa terjadi pada orang yang cenderung untuk melebih-lebihkan sensasi tubuh yang normal. Kadang-kadang halitosis psikogenik disebabkan oleh kelainan jiwa yang serius, seperti skizofrenia. Seseorang dengan pikiran yang obsesif bisa memiliki perasaan kotor yang berlebihan (Anonim 2008).
Etiologi
                Penyebab napas tak sedap bermacam-macam. Di antaranya adalah:
•    Makanan yang berbau khas, seperti petai, durian, bawang merah, bawang putih dan makanan lain yang biasanya mengandung senyawa sulfur. Setelah makanan di cerna senyawa sulfur tersebut diserap kedalam pembuluh darah dan di bawa oleh darah langsung ke paru-paru sehingga bau sulfur tersebut tercium pada saat mengeluarkan nafas. Bawang merah dan bawang putih dapat menyebabkan napas bau selama 72 jam setelah dimakan.
•    Masalah gigi. Bau mulut biasanya disebabkan oleh menumpuknya sisa makanan pada sela-sela gigi yang mengundang berkumpulnya bakteri dan mengakibatkan pengasaman pada mulut. Bau mulut ini disebabkan karena kita kurang menjaga kebersihan mulut. Lama kelamaan bakteri dalam mulut akan membentuk plak di gigi. Jika tidak di gosok, plak dapat mengiritasi gusi (gingivitis) dan menyebabkan kebusukan gigi. Dengan cepat, plak akan terbentuk di antara gusi dan gigi (periodontitis), memperburuk masalah bau mulut (Darmawan 2007).
•    Mulut kering.  Air ludah membantu membersihkan dan membasahi mulut. Mulut yang kering memungkinkan sel mati berkumpul di lidah, gusi atau dinding pipi. Sel-sel ini kemudian membusuk dan menyebabkan napas tidak sedap. Mulut kering secara alami terjadi saat tidur. Inilah yang menyebabkan napas bau di pagi hari.
•    Penyakit. Infeksi paru-paru yang kronis dan bengkak bernanah pada paru-paru dapat menghasilkan napas bau yang parah. Penyakit lain, seperti beberapa kanker dan penyakit metabolisme tertentu, dapat menyebabkan bau mulut yang khas. Kegagalan ginjal dapat menyebabkan bau napas seperti urin, dan kegagalan hati menyebabkan napas berbau seperti ikan. Orang dengan diabetes yang tidak terkontrol sering mengalami napas yang berbau seperti buah. Penyakit asam lambung yang parah pada perut (gastroesophageal reflux disease, atau GERD) juga terkait dengan napas bau (Anderson & Brown 2008).
•    Bakteri. Beberapa penelitian telah di lakukan untuk mengetahui bakteri-bakteri spesifik penyebab bau mulut tersebut. Di dalam mulut normal diperkirakan rata2 terdapat sekitar 400 macam bakteri dengan berbagai tipe. Masalah akan muncul bila sebagian bakteri berkembang biak atau bahkan bermutasi secara besar2an. Kebanyakan dari bakteri ini bermukim di leher gigi bersatu dengan plak dan karang gigi, juga di balik lidah karena daerah tersebut merupakan daerah yang aman dari kegiatan mulut sehari-hari. Bakteri tersebut memproduksi toxin atau racun, dengan cara menguraikan sisa makanan dan sel-sel mati yang terdapat di dalam mulut. Racun inilah yang menyebabkan bau mulut pada saat bernafas karena hasil metabolisme proses anaerob pada saat penguraian sisa makanan tersebut menghasilkan senyawa sulfide dan ammonia (Pintauli & Hamada 2008).


Patofisiologi
            Bau mulut biasanya disebabkan oleh menumpuknya sisa makanan pada sela-sela gigi yang mengundang berkumpulnya bakteri dan mengakibatkan pengasaman pada mulut. Bau mulut ini disebabkan karena kita kurang menjaga kebersihan mulut. Selain itu bau mulut dapat juga disebabkan oleh makanan yang mengandung sulfur. Setelah makanan di cerna senyawa sulfur tersebut diserap kedalam pembuluh darah dan di bawa oleh darah langsung ke paru-paru sehingga bau sulfur tersebut tercium pada saat mengeluarkan nafas (Anonim 2008).
Gejala
            Gejala utama dari halitosis yaitu tercium bau yang tidak sedap ketika penderita menghembuskan nafasnya. Tanda-tanda lain terjadinya bau mulut biasanya adalah akibat terganggunya keseimbangan asam mulut seperti alir liur kental, mulut kering dan rasa tidak nyaman bicara. Selain itu lawan bicara akan terlihat gelisah dan mengambil inisiatif menjauh/mengambil jarak dalam berbicara. Bisa juga seseorang akan komplain atas bau tidak enak yang tercium dan berasal dari mulut kita (Anonim 2008).
Pengobatan
Sebetulnya bau mulut dapat dicegah dan diobati dengan beberapa cara berikut:
·         Penyebab fisik dapat dikoreksi atau disingkirkan. Sebagai contoh, orang bisa berhenti makan bawang putih atau memperbaiki kebersihan mulutnya.
·         Pastikan kesehatan dan kebersihan gigi serta mulut dengan menggosok gigi tiga kali sehari, pada pagi, sore dan malam hari sebelum tidur. Jika perlu, berkumurlah dengan cairan antiseptik untuk memastikan bakteri anaerob tak berkembang biak selama kita beristirahat (Anonim 2011).
·         Jangan lupa menyikat lidah, permukaan lidah yang tidak rata memungkinkan adanya sisa makanan tersangkut di sana. Usahakan sesering mungkin minum air putih. Hindari minum kopi karena akan memperparah keadaan. Ada baiknya pula untuk mempertimbangkan menghentikan kebiasaan merokok, karena bau racun rokok akan senantiasa menetap (Anonim 2011)
·         Perbanyak konsumsi sayur dan buah. Sebisa mungkin jangan biarkan mulut kering (Darmawan 2007)
·         Perbanyak minum air putih
·         Penggunaan penyegar nafas, permen karet dan obat kumur, biasanya bersifat asimptomatis dan sangat terbatas kerjanya hanya sementara saja, pada saat efek dari penyegar nafas hilang bau mulut akan kembali tercium (Darmawan 2007).
·         Dokter bisa membantu meyakinkan penderita halitosis psikogenik, bahwa nafas mereka tidak bau. Bila masalahnya berlanjut, mungkin diperlukan bantuan dari seorang prikoterapis (Natamiharja 2001).
Anjuran gizi
            Terdapat beberapa jenis makanan yang perlu dihindari agar tidak menimbulkan bau mulut antara lain yaitu makanan yang berbau tajam seperti petai, durian, bawang merah, bawang putih, bawang bombai, dan lain-lain. Sebaiknya perbanyak makan makanan yang berserat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan segar.  Selain itu dianjurkan untuk  memperbanyak minum air putih, yogurt, dan makan makanan mengandung  vitamin C (Pintauli & Hamada 2008).


DAFTAR PUSTAKA
Anderson J, Brown L. 2008. Nutrition and dental health.       http://www.dentalgentlecare.com/dental_nutrition.htm. [9 Sep 2011]
Anonim. 2009. Bau Mulut. http://health.kompas.com/direktori/yourbody/130. [9      sep 2011]
Anonim. 2011. Penyebab dan Cara mengatasi bau mulut tak sedap.           http://organisasi.org/penyebab-dan-cara-mengatasi-menghilangkan-bau-         mulut-tidak-enak-sedap-tips-kesehatan-manusia. [9 Sep 2011]
Darmawan Lita, drg. 2007. Cara Cepat Membuat Gigi Sehat dan Cantik dengan    Dental Cosmetics. Jakarta: Gramedia.
Indriani Evy. 2011. Halitosis. http://drevyomfs.blogspot.com/2006/12/halitosis.[9    Sep 2011]
Natamiharja L. 2001. Indeks-indeks untuk penyakit gigi (Bahan Ajar). Medan:        USU Press
Pintauli Sondang, Hamada Taizo. 2008. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan:        USU Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar