PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesehatan merupakan aset berharga
dalam setiap kehidupan manusia. Apabila seseorang mengalami gangguan dalam
kesehatannya maka kehidupan pribadinya pun akan ikut terganggu. Oleh karena
itu, penting bagi kita untuk selalu menjaga kesehatan. Begitu juga dengan
kesehatan gigi dan mulut. Meskipun terlihat sepele, namun kesehatan gigi dan
mulut memegang peranan penting terutama dalam kehidupan sosial manusia.
Terganggunya kesehatan gigi dan
mulut juga dapat menimbulkan gangguan pada organ tubuh lain. Komplikasi
penyakit yang menjalar ke organ lain akibat gangguan kesehatan pada gigi dan
mulut sering ditemukan. Untuk itu, kesehatan gigi dan mulut harus benar-benar
diperhatikan. Lebih baik mencegah daripada mengobati, ungkapan tersebut tepat
untuk diterapkan pada kebiasaan kita dalam menjaga kesehatan, termasuk
kesehatan gigi dan mulut. Sebaiknya
merawat kesehatan gigi dan mulut sejak dini. Jangan menunggu munculnya masalah
baru mengunjungi dokter gigi. Kesehatan gigi dan mulut yang dirawat sejak dini
akan lebih sehat dan bebas dari masalah-masalah dan gangguan kesehatan gigi dan
mulut saat dewasa.
Salah satu gangguan kesehatan mulut
yang cukup mengganggu adalah bau mulut. Bau mulut dalam istilah kedokteran
dikenal sebagai halitosis. Bau mulut dapat bersifat kronis maupun akut. Masalah
bau mulut pasti akan sangat mengganggu apabila terjadi dalam kehidupan seseorang.
Seseorang akan merasa tidak percaya diri sehingga bau mulut tersebut akan
menimbulkan pengaruh negatif dalam bisnis, pergaulan, bahkan kehidupan
perkawinan orang tersebut. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan
secara lebih rinci mengenai definisi, gejala dan penyebab halitosis. Selain itu
dijabarkan juga mengenai cara pengobatan dan anjuran gizi yang tepat bagi
penderita bau mulut. Sehingga diharapkan dapat mengurangi permasalahan dalam
mengatasi bau mulut ini.
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah ingin memberikan informasi kepada para pembaca mengenai definisi,
penyebab, dan gejala penyakit bau mulut atau dalam istilah kedokteran disebut halitosis.
Selain itu, dijelaskan juga mengenai cara pengobatan dan anjuran gizi yang
tepat bagi penderita bau mulut.
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi Halitosis
Halitosis merupakan suatu keadaan di
mana terciumnya bau mulut yang tidak sedap pada saat seseorang mengeluarkan
nafas (biasanya tercium pada saat berbicara) (Indriyani 2011). Bau mulut atau halitosis
adalah salah satu penyakit mulut dan gigi yang sangat mengganggu. Bukan saja
karena menimbulkan rasa tidak nyaman pada diri sendiri, tetapi juga menyebabkan
sensasi tidak enak bagi orang lain. Tak heran apabila kasus bau mulut
seringkali menyebabkan perasaan rendah diri dan merusak semangat untuk
bersosialisasi. Selain itu bau mulut dapat mengakibatkan kita tidak percaya
diri saat berbicara (Anonim 2009).
Bau mulut dapat dibedakan menjadi
bau mulut akut dan kronis. Bau nafas yang bersifat akut, disebabkan oleh
kekeringan mulut, stress, berpuasa, makanan yang berbau khas, seperti petai,
durian, bawang merah, bawang putih dan makanan lain yang biasanya mengandung
senyawa sulfur. Bau mulut akut biasanya hanya bersifat sementara saja.
Sedangkan bau mulut kronis bersifat menetap dan lama. Biasanya bau mulut kronis merupakan gejala penyakit tertentu
yang mempengaruhi seluruh tubuh, seperti penyakit hati, kencing manis
(diabetes) yang tidak terkontrol, atau penyakit pada paru-paru atau mulut
(Indriani 2011).
Selain dua jenis bau mulut di atas
terdapat juga bau mulut yang bersifat psikogenik. Halitosis psikogenik merupakan suatu keyakinan bahwa
nafas seseorang bau, padahal sebenarnya tidak. Masalah ini bisa terjadi pada
orang yang cenderung untuk melebih-lebihkan sensasi tubuh yang normal.
Kadang-kadang halitosis psikogenik disebabkan oleh kelainan jiwa yang serius,
seperti skizofrenia. Seseorang dengan pikiran yang obsesif bisa memiliki
perasaan kotor yang berlebihan (Anonim 2008).
Etiologi
Penyebab napas tak sedap bermacam-macam.
Di antaranya adalah:
•
Makanan
yang berbau khas, seperti petai, durian, bawang merah, bawang putih dan
makanan lain yang biasanya mengandung senyawa sulfur. Setelah makanan di cerna
senyawa sulfur tersebut diserap kedalam pembuluh darah dan di bawa oleh darah
langsung ke paru-paru sehingga bau sulfur tersebut tercium pada saat
mengeluarkan nafas. Bawang merah dan bawang
putih dapat menyebabkan napas bau selama 72 jam setelah dimakan.
• Masalah gigi. Bau mulut biasanya disebabkan oleh
menumpuknya sisa makanan pada sela-sela gigi yang mengundang berkumpulnya
bakteri dan mengakibatkan pengasaman pada mulut. Bau mulut ini disebabkan
karena kita kurang menjaga kebersihan mulut. Lama kelamaan bakteri dalam mulut
akan membentuk plak di gigi. Jika tidak di gosok, plak dapat mengiritasi gusi
(gingivitis) dan menyebabkan kebusukan gigi. Dengan cepat, plak akan terbentuk
di antara gusi dan gigi (periodontitis), memperburuk masalah bau mulut
(Darmawan 2007).
•
Mulut kering.
Air ludah membantu membersihkan dan membasahi mulut. Mulut yang kering
memungkinkan sel mati berkumpul di lidah, gusi atau dinding pipi. Sel-sel ini
kemudian membusuk dan menyebabkan napas tidak sedap. Mulut kering secara alami
terjadi saat tidur. Inilah yang menyebabkan napas bau di pagi hari.
•
Penyakit. Infeksi
paru-paru yang kronis dan bengkak bernanah pada paru-paru dapat menghasilkan
napas bau yang parah. Penyakit lain, seperti beberapa kanker dan penyakit
metabolisme tertentu, dapat menyebabkan bau mulut yang khas. Kegagalan ginjal
dapat menyebabkan bau napas seperti urin, dan kegagalan hati menyebabkan napas
berbau seperti ikan. Orang dengan diabetes yang tidak terkontrol sering
mengalami napas yang berbau seperti buah. Penyakit asam lambung yang parah pada
perut (gastroesophageal reflux disease, atau GERD) juga terkait dengan napas
bau (Anderson & Brown 2008).
•
Bakteri. Beberapa penelitian telah di lakukan untuk mengetahui
bakteri-bakteri spesifik penyebab bau mulut tersebut. Di dalam mulut normal
diperkirakan rata2 terdapat sekitar 400 macam bakteri dengan berbagai tipe.
Masalah akan muncul bila sebagian bakteri berkembang biak atau bahkan bermutasi
secara besar2an. Kebanyakan dari bakteri ini bermukim di leher gigi bersatu dengan
plak dan karang gigi, juga di balik lidah karena daerah tersebut merupakan
daerah yang aman dari kegiatan mulut sehari-hari. Bakteri tersebut memproduksi
toxin atau racun, dengan cara menguraikan sisa makanan dan sel-sel mati yang
terdapat di dalam mulut. Racun inilah yang menyebabkan bau mulut pada saat
bernafas karena hasil metabolisme proses anaerob pada saat penguraian sisa
makanan tersebut menghasilkan senyawa sulfide dan ammonia (Pintauli &
Hamada 2008).
Patofisiologi
Bau mulut biasanya disebabkan oleh
menumpuknya sisa makanan pada sela-sela gigi yang mengundang berkumpulnya
bakteri dan mengakibatkan pengasaman pada mulut. Bau mulut ini disebabkan
karena kita kurang menjaga kebersihan mulut. Selain itu bau mulut dapat juga
disebabkan oleh makanan yang mengandung sulfur. Setelah makanan di cerna
senyawa sulfur tersebut diserap kedalam pembuluh darah dan di bawa oleh darah
langsung ke paru-paru sehingga bau sulfur tersebut tercium pada saat
mengeluarkan nafas (Anonim 2008).
Gejala
Gejala utama dari halitosis yaitu tercium bau yang tidak sedap ketika penderita
menghembuskan nafasnya. Tanda-tanda
lain terjadinya bau mulut biasanya adalah akibat terganggunya keseimbangan asam
mulut seperti alir liur kental, mulut kering dan rasa tidak nyaman bicara.
Selain itu lawan bicara akan terlihat gelisah dan mengambil inisiatif menjauh/mengambil
jarak dalam berbicara. Bisa juga seseorang akan komplain atas bau tidak enak
yang tercium dan berasal dari mulut kita (Anonim 2008).
Pengobatan
Sebetulnya
bau mulut dapat dicegah dan diobati dengan beberapa cara berikut:
·
Penyebab
fisik dapat dikoreksi atau disingkirkan. Sebagai contoh, orang bisa berhenti
makan bawang putih atau memperbaiki kebersihan mulutnya.
·
Pastikan
kesehatan dan kebersihan gigi serta mulut dengan menggosok gigi tiga kali
sehari, pada pagi, sore dan malam hari sebelum tidur. Jika perlu, berkumurlah
dengan cairan antiseptik untuk memastikan bakteri anaerob tak berkembang biak
selama kita beristirahat (Anonim 2011).
·
Jangan
lupa menyikat lidah, permukaan lidah yang tidak rata memungkinkan adanya sisa
makanan tersangkut di sana. Usahakan sesering mungkin minum air putih. Hindari
minum kopi karena akan memperparah keadaan. Ada baiknya pula untuk
mempertimbangkan menghentikan kebiasaan merokok, karena bau racun rokok akan
senantiasa menetap (Anonim 2011)
·
Perbanyak
konsumsi sayur dan buah. Sebisa mungkin jangan biarkan mulut kering (Darmawan
2007)
·
Perbanyak
minum air putih
·
Penggunaan
penyegar nafas, permen karet dan obat kumur, biasanya bersifat asimptomatis dan
sangat terbatas kerjanya hanya sementara saja, pada saat efek dari penyegar
nafas hilang bau mulut akan kembali tercium (Darmawan 2007).
·
Dokter bisa
membantu meyakinkan penderita halitosis psikogenik, bahwa nafas mereka tidak
bau. Bila masalahnya berlanjut, mungkin diperlukan bantuan dari seorang
prikoterapis (Natamiharja 2001).
Anjuran gizi
Terdapat beberapa jenis makanan yang
perlu dihindari agar tidak menimbulkan bau mulut antara lain yaitu makanan yang
berbau tajam seperti petai, durian, bawang merah, bawang putih, bawang bombai,
dan lain-lain. Sebaiknya perbanyak makan makanan yang berserat seperti
sayur-sayuran dan buah-buahan segar.
Selain itu dianjurkan untuk
memperbanyak minum air putih, yogurt, dan makan makanan mengandung vitamin C (Pintauli & Hamada 2008).
DAFTAR
PUSTAKA
Anderson J, Brown L. 2008. Nutrition and dental health. http://www.dentalgentlecare.com/dental_nutrition.htm.
[9 Sep 2011]
Darmawan
Lita, drg. 2007. Cara Cepat Membuat Gigi
Sehat dan Cantik dengan Dental
Cosmetics. Jakarta: Gramedia.
Natamiharja L. 2001. Indeks-indeks untuk penyakit gigi (Bahan
Ajar). Medan: USU Press
Pintauli Sondang, Hamada Taizo. 2008. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press.